Rabu, 18 Desember 2013

Liga Indonesia Bank Mandiri 2004 JUARA DITENTUKAN di PARTAI AKHIR Nurdin Halid Ditahan

KEBERUNTUNGAN sepakbola nasional masih menguntungkan semua tim peserta liga Indonesia 2004. Mengapa? Karena, Agum Gumelar sebagai Ketua Umum sebelum Nurdin Halid, masih menyisakan kontrak dengan Bank Mandiri. Artinya, Nurdin Halid sebagai orang nomor satu di sepak bola Indonesia, tak perlu bersusah payah melakukan deal-deal dengan sponsor, karena Bank Mandiri masih memberi kontribusi sebagai sponsor utama sebesar Rp 25 miliar, sama seperti musim 2003. Otomatis, setiap klub masih mendapat subsidi, yang sama dengan musim sebelumnya.

Hanya saja, hangar bingar sepak bola nasional diusik oleh hal-hal di luar teknis dan non-teknis sepakbola. Yang utama adalah masalah situasi politik dalam negeri Indonesia. Di mana musim 2004 ini penuh dengan ketidakstabilan pemerintah yang mencuat lewtat aturan otonomi daerah. Sehingga, setiap daerah memiliki leluasa mengatur sistem pemerintahan, termasuk memilih gubernur, walikota dan bupati secara otonomi. Sistem ini jelas mengganggu jadwal liga Indonesia, karena semua aparat keamanan daerah, harus memilih pengamankan pemilihan kepala daerah (pilkada) atau dalam waktu yang sama mengamankan pertandingan sepakbola.

Masih ada yang nantinya, akan menjadi perdebatan yang berkempanjanga, jika diselesaikan oleh pemerintah pusat. Khususnya, masalah APBD – karena semua dana APBD itu akhirnya terserah masih-masih daerahnya. Mau dijadikan hibah, mau dijadikan modal investasi atau mau dijadikan rebutan para pengurus bola di daerahnya? Semuanya, nantinya akan banyak masalah. Ada yang tidak setuju dengan dana APBD, ada yang setuju dana APBD tetap menjadi modal setiap klub di daerahnya. Lihat saja nantinya, pasti akan bermasalah BESAR.

Antara APDB dan kepentingan para shateholder akan mewarnai sejarah sepak bola Indonesia. Contohnya, PSSI harus bekerjasama dengan aparat keamanan terutama polisi. Sementara itu, Kapolri harus waspada mengatur semua sistem yang terkait dengan urusan perijinkan untuk mengadakan keramaian. Untuk urusan rebut-ribut suporter yang tawuran saja, pihak polisi sering kewalahan, apalagi kini mendapat pekerjaan untuk mengamankan jalannya pilkada yang harus tertib, aman dan terkendali.

Bayangkan saja, di awal kompetisi saja, kericuhan sudah diawali baku hantam antarpemain mewarnai saat partai perdana Liga Indonesia 2004, Minggu, 4 Januari 2004. Adegan baku pukul itu terjadi di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Pemain, ofisial, dan beberapa penonton saling pukul di lapangan beberapa menit setelah pertandingan antara Persija Jakarta dan Persita Tangerang usai. Aparat kepolisian yang berupaya melerai pertikaian itu, lima orang di antaranya, mengalami luka-luka dan dilaporkan pula empat mobil rusak (dua di antaranya mobil kepolisian).

Hanya di Stadion Brawijaya Kediri yang tidak sempat rusuh, walaupun juara bertahan Persik ditaklukan tamunya PKT Bontang 1-2 (1-1). Satu-satunya gol Persik, pada pertandingan yang diawali acara pembukaan itu, dicetak oleh Bamidele F Bob Manuel pada menit ketujuh. Sementara itu, dua gol kemenangan PKT diciptakan oleh Camara Fode di menit ke-28 dan Zulkifli di menit ke-25.

Gonjang-ganjing kapan kompetisi akan berakhir, kembali menguak, karena semua sangat bergantung pada izin Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri). Jika Polri memberikan izin kompetisi terus berjalan pada masa pemilihan presiden tahap kedua, dengan catatan presiden belum terpilih pada pemilihan tahap pertama, Liga Indonesia 2004 akan usai pada 10 Oktober. Akan tetapi, jika tidak, kompetisi dipastikan akan mundur hingga 8 Desember. Sampai saat ini kami masih mengharapkan izin diberikan Polri supaya kompetisi terus berjalan pada masa pemilihan presiden tahap kedua (pemilihan presiden tahap kedua akan berlangsung pada 20 September).

Disaat jadwal kompetisi masih menjadi keputusan pihak Polri, tiba-tiba ada peristiwa yang lumayan mengejutkan. Karena, Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid diperiksa pihak polisi dan langsung ditahan. Nurdin, yang juga Ketua Umum Induk Koperasi Unit Desa Nurdin Halid hari Jumat, 16 Juli, ditangkap dan ditahan terkait dengan statusnya sebagai tersangka dalam kasus penyelundupan gula impor ilegal sebanyak 73.520 ton. Penangkapan terhadap Nurdin dilakukan setelah ia menjalani pemeriksaan selama lebih dari sembilan jam.

Kepala Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Kepolisian Republik Indonesia (Polri) Komisaris Jenderal Suyitno Landung menegaskan, perubahan status itu ditetapkan hari Jumat pukul 20.30. "Sudah diubah statusnya sebagai tersangka sehingga terhadapnya dilakukan penangkapan dan kemudian penahanan. Sebagai Ketua Umum Inkud (Induk Koperasi Unit Desa), dia mengetahui dan bertanggung jawab atas impor gula ilegal tersebut," katanya.

Sementara itu, dari markas PSSI, masih akan menunggu sampai ada kepastian hukum tetap bagi ketua umumnya, Nurdin Halid, sehubungan dengan statusnya sebagai tersangka kasus penyelundupan gula putih. Sementara menunggu kepastian hukum tersebut, PSSI tidak akan melakukan tindakan apa pun, termasuk mengangkat seorang pengurusnya untuk menggantikan posisi Nurdin Halid.

“Meski kasus ini lumayan memprihatinkan karena Nurdin Halid adalah Ketua Umum PSSI, sepanjang belum ada keputusan tetap yang berlaku secara hukum, dia tetap memegang jabatan itu. Saat ini, proses hukum masih berjalan. Kita tunggu sampai ada keputusan akhirnya, mulai dari tingkat kejaksaan, pengadilan, hingga tingkat Mahkamah Agung nanti,” kata Sekjen PSSI Nugraha Besoes

Meskipun kasus Nurdin Halid masih diselesaikan pihak pengadilan, organisasi PSSI sepertinya tidak pernah surut dalam masalah kasus per kasus. Apalagi, adanya aturan yang memberlakukan 5 pemain asing yang bisa didaftarkan setiap tim. Sebanyak 84 pemain asing dengan nilai transfer rata-rata per orang Rp 250 juta, menyemarakkan kompetisi tertinggi sepak bola Indonesia yang melibatkan 18 klub. Ke-84 pemain asing itu bermukim di 18 klub dengan perincian masing-masing klub berhak memiliki paling banyak lima orang, atau lebih satu pemain ketimbang musim 2003.

Dua alasan yang mencuat adalah lebih menyemarakkan suasana kompetisi (faktor hiburan lebih ditonjolkan) serta pemain asing diharapkan dapat mentransfer ilmunya ke pemain lokal. Namun, benarkah alasan yang dikemukakan PSSI itu? Dua alasan yang dikemukakan di atas masih perlu dipertanyakan kebenarannya. Apa memang hanya dengan pemain asing, kompetisi sepak bola kita akan lebih semarak?

Karena, setelah musim 2004 ini, nyaris semua pemain berbakat Indonesia tidak lagi terdengar suaranya. Jika di awal musim Liga Indonesia 1994 -1995, sudah mencuat nama-nama young guns seperti Ilham Jayakesuma, Zaenal Arif, Bambang Pamungkas melanjutkan tradisi Kurniawan Dwi Yulianto dan Rocky Putiray, justru di akhir musim 2004, tak satu pun bintang asal Indonesia mencuat.

Hanya saja, walaupun tak melahirkan pemain berbakat, Liga Indonesia 2004 ini masih memiliki tradisi sehat, yaitu kompetisi yang tidak mencetak partai final. Melainkan setiap tim menentukan nasibnya sendiri, seperti halnya tiga tim elit Persebaya Surabaya, Persija Jakarta dan Persebaya Surabaya, harus berebut gelar, justru di partai terakhir. Dan, kebetulan, partai Persebaya vs Persija Jakarta, yang akan berlangsung Kamis, 23 Desember 2004, sangat menentukan salah satu dari kedua tim ini meraih impiannya kedua kalinya meraih gelar juara. Dalam waktu yang sama, PSM Makassar harus menang besar jika ingin juara dalam menghadapi partai terakhir melawan PSMS Medan, di Mattoangin.

Akhirnya, Persebaya Surabaya memastikan diri menjadi juara kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia 2004 setelah mengalahkan Persija Jakarta, 2-1 (1-0), pada partai hidup mati yang berlangsung di Stadion Gelora 10 Nopember, Tambaksari, Surabaya, Kamis 23 Desember. Kepastian gelar bagi Persebaya datang setelah PSM Makassar hanya mampu menang dengan skor tipis 2-1 atas PSMS Medan di Stadion Matoangin, Makassar. Persebaya dan PSM mengoleksi nilai akhir sama, yaitu 61. Namun, Persebaya unggul selisih gol dibandingkan dengan PSM.

Gelar juara ini terasa istimewa bagi Persebaya karena selain ditentukan di kandang sendiri, mereka juga menorehkan sejarah menjadi tim pertama yang meraih gelar juara Liga Indonesia dua kali. Bravo Bonek!


KLASEMEN
1.Persebaya Surabaya 34 17 10 7 55-26 61
2.PSM Makassar 34 17 10 7 46-28 61
3.Persija Jakarta 34 18 6 10 49-30 60
4.PSS Sleman 34 14 11 9 39-37 53
5.Persikota Tangerang 34 14 8 12 48-41 50
6.Persib Bandung 34 12 13 9 38-37 49
7.PSMS Medan 34 14 5 15 34-37 47
8.Persita Tangerang 34 13 7 14 45-40 46
9.Persik Kediri 34 14 4 16 41-39 46
10.PSIS Semarang 34 12 10 12 35-34 46
11.PKT Bontang 34 12 9 13 40-42 45
12.Persela Lamongan 34 13 5 16 39-53 44
13.Persipura Jayapura 34 11 10 13 39-43 43
14.Persijatim Solo FC 34 11 9 14 35-43 42
15.Semen Padang 34 11 8 15 32-48 41
----------------------------------------------------------
16.PSPS Pekanbaru 34 10 10 14 35-41 40
17.Pelita KS Cilegon 34 10 9 15 32-36 39
18.Deltras Sidoarjo 34 9 4 21 31-58 31

TOPSKOR
22 Ilham Jayakesuma (Persita Tangerang, 2pen)
20 Camara Fode (PKT Bontang)
18 Aliyuddin (Persikota Tangerang), Joe Nagbe (PSPS Pekanbaru)
16 Emmanuel De Porras (Persija Jakarta)
15 Marcelo Braga (PSS Sleman, 2pen), Cristián Carrasco (Persebaya Surabaya), Andrian Colombo (PSMS Medan/Persib Bandung), Danilo Fernando (Persebaya Surabaya, 5pen)
12 Bambang Pamungkas (Persija Jakarta), Jorge Rodriguez (Persela Lamongan)
11 Kurniawan Dwi Julianto (Persebaya Surabaya), Indrianto Nugroho (PSIS Semarang)
10 Roberto Kwateh (PSIS Semarang), Musikan (Persik Kediri), Marc Orlando (PSM Makassar)

PEMAIN TERBAIK
Ponaryo Astaman (PSM Makassar)

PELATIH TERBAIK
Jaksen F. Tiago (Persebaya Surabaya)

DEGRADASI
Tidak ada degradasi, karena ada perubahan system kompetisi penuh menjadi kompetisi dua wilayah

PROMOSI
Arema Malang, PSDS Lubuk Pakam, Persibom Mongondow, Persekabpas Pasuruan, Persiba Balikpapan, Persema Malang, Persmin Minahasa, Persegi Gianyar, Persijap Jepara, Petrokimia Gresik

HADIAH
Persebaya Surabaya Rp 1 milyar
PSM Makassar Rp 500 juta
Pemain terbaik Rp 75 juta
Topskor Rp 75 juta dan Sepatu Emas


Sumber :  https://www.facebook.com/pages/Cocomeo-News/147995238566016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar