Rabu, 18 Desember 2013

Liga Indonesia 1997 – 1998 KARUT MARUT, SUAP, KOLUSI dan AMBURADUL Kompetisi Dihentikan Demi Keamanan Negara

BEGINILAH judul tulisan musim keempat ini, harus dijadikan julul headline. Begitupula, peristiwa demi peristiwa yang memalukan hadir dengan sangat terbuka. Skandal kolusi wasit dan mengatur skor di setiap pertandingan, tak pernah berhenti. Puncaknya, setelah wasit Djafar Umar dihukum seumur hidup, terjadi ‘tragedi berdarah’ bangsa Indonesia.

Peristiwa tragis pertama, Liga Indonesia 1997-98 diawali dengan tidak ikut sertanya dua klub Bandung Raya dan Assyabaab Surabaya. Menurut Sekum PSSI, Nugraha Besoes, kedua tim ini tidak ikut kompetisi karena kehabisan dana untuk membiayai timnya. Terus masalah kedua, PT Cipta Citra mengundurkan diri dari kerjasama dengan PSSI yang seharusnya berlangsung delapan musim.

“Kami tak lagi disupport pihak Dunhill dan Kansas, dan kami kesulitan mendapatkan sponsor baru,” ujar Direktur Utama PT Cipta Citra Sports, Jeanette Sudjunadi.

Ketua Bidang Usaha yang juga Wakil Bendahara PSSI, Andy Soema Di Pradja menjelaskan tentang nasib Liga Indonesia musim 1997-98. Merasa mengikuti proses pencarian sponsor, dirinya mengerti Jeanette Sudjunadin, Direktur Utama CCS sudah berusaha keras untuk mendapatkan sponsor dari LI IV ini. Seharusnya pihak sponsor Dji Sam Soe sudah sepakat untuk mensponsori, namun mendadak kondisi ekonomi di mana nilai tukar dollar AS melonjak hingga di atas Rp 8.000, membuat semua perusahaan terpaksa menunda kontraknya.

Peristiwa tragis ketiga, setelah delapan partai perdana serentak digulirkan di Liga Indonesia 1997-98, di mana juara bertahan Persebaya ditahan imbang 0 – 0 atas tamunya Arema Malang. Terjadilah banyak hal yang menyangkut masalah wasit dalam memipin pertandingan, namun juga ikut terlibat dalam menentukan hasil pertandingan di luar lapangan, alais kolusi alias suap menyuap.

Menurut para wasit yang memimpin pertandingan, citra dan mutu wasit yang memimpin setiap pertandingan dengan cara-cara kolusi dan menyuap sudah berlangsung sejak tahun 90-an.

Sinyalemen tentang adanya kolusi dan mafia wasit sepak bola makin kuat, menyusul diperoleh informasi yang menyebutkan beberapa wasit daerah sering mentransfer uang ke rekening bank seorang oknum pengurus PSSI di Jakarta. Tujuannya, agar wasit yang bersangkutan bisa lebih banyak mendapat kesempatan memimpin pertandingan selain agar lebih cepat dipromosikan menjadi wasit FIFA.

Ketua Komisi Wasit dan Inspektur Pertandingan PSSI, Amran YS tidak membantah kemungkinan itu. "Dalam urusan itulah saya dating ke Medan. Dalam hal ini, beberapa wasit daerah yang saya "interogasi" telah mengakuinya. Namun yang bersangkutan berdalih, uang itu bukan untuk keperluan negatif, tapi untuk memesan atau
membeli baju wasit," kata Amran YS saat itu.

Dari hasil penyelidikan yang mencoreng wajah sepakbola nasional selama sebulan, diputuskan PSSI mengambil tindakan tegas dengan mengganjar hukuman 20 tahun
kepada Wakil Ketua Komisi Wasit PSSI, Djafar Umar dan memberhentikan secara tidak hormat dari jabatannya, menyusul kasus kolusi wasit yang terkuak dalam tiga pekan terakhir ini. Djafar selanjutnya dilarang terlibat dalam segala kegiatan sepak bola di lingkungan PSSI. Sanksi untuk mantan wasit FIFA ini tertuang dalam Surat Keputusan PSSI, nomor Skep/ 06/II/1998 tertanggal 27 Februari 1998 yang ditandatangani Ketua Umum PSSI Ir Azwar Anas dan Sekum Nugraha Besoes.

"Saya kira tidak adil kalau hanya Djafar yang dijadikan korban. Rasanya semua pihak yang pernah terlibat secara langsung mau pun tidak langsung dengan kesalahan yang dilakukan Djafar, baik itu wasit, inspektur pertandingan, maupun pembina, seharusnya mau merenung dan introspeksi diri bahwa mereka ikut bersalah dalam menciptakan keadaan ini dan kini ternyata hanya Djafar seorang yang menjadi korban," ujar
Andi Darussalam Ketua Umum PS Jakarta Selatan.

Peristiwa tragis keempat, adalah diberhentikannya kompetisi saat musim berlangsung. Berawal saat Kapolda Jatim Mayjen (Pol) M Dayat membatalkan pertandingan antara Persebaya vs PSBL Bandarlampung 13 Mei, karena situasi keamanan di Surabaya tidak memungkinkan. Berikutnya, Arema Malang vs Semen Padang di Stadion Gajayana Malang, serta di Gresik Petrokimia vs PSM Ujungpandang. Dari Yogyakarta dilaporkan, Minggu 17 Mei juga dibatalkan partai PSIM Jogyakarta vs PSMS Medan.

Adalah komentar dari manajer Pelita Jakarta, Nurdin Halid, yang mula-mula "meledakkan" ide penangguhan kompetisi karena situasi sosial dan keamanan tidak memungkinkan saat itu. Nurdin menggarisbawahi, sepak bola saat ini sudah dipakai sebagai ajang kerusuhan.

PSSI akhirnya menghentikan total seluruh kompetisi sepakbola di bawah naungannya menyusul belum pulihnya kondisi stabilitas politik dan keamanan di Tanah Air. Keputusan ini diambil setelah pengurus teras PSSI mencapai kesepakatan dengan para pengurus klub dan Komisariat Daerah (Komda) PSSI, Senin 25 Mei di Jakarta. Menurut Sekum PSSI Nugraha Besoes, keputusan menghentikan total kegiatan kompetisi ini diambil setelah menimbang segala aspek, baik segi pembinaan sepakbola secara umum dan terutama aspek keamanan nasional yang belum pulih sepenuhnya.

Akibat situasi keamanan nasional yang makin memburuk, PSSI akhirnya menunda dan membatalkan seluruh kegiatan kompetisi sepak bola nasional. Kompetisi yang ditunda antara lain Liga Indonesia IV dan kompetisi Divisi I PSSI, serta Piala Nike. Selain itu, Indonesia juga membatalkan diri sebagai tuan rumah Piala Tiger yang sedianya akan digelar bulan Agustus-September, di Jakarta.
Humas PSSI Tondo Widodo, Kamis,14 Mei 1998 di Jakarta mengungkapkan, keputusan tersebut diambil setelah serangkaian pembicaraan antara Ketua Umum PSSI Azwar Anas dan Kepala Staf Umum ABRI Letjen TNI Fachrul Razi yang berlangsung hari Rabu, 13 Mei.
Mengutip Azwar, Tondo mengatakan, pertimbangan utama keputusan itu adalah situasi keamanan yang belum terkendali saat ini dan dikhawatirkan akan makin besar jika kompetisi yang memungkinan konsentrasi massa, masih berlangsung. "Ini semua demi kepentingan bangsa yang lebih luas," kata Tondo.

Dari lengsernya Soeharto sebagai presiden, ikut serta pula menyusul dihentikannya seluruh kompetisi, nasib klub-klub anggota Liga Indonesia 1997-98, makin tidak menentu. Akhirnya, Klub Arseto Solo milik Sigit Harjojudanto, bahkan memutuskan membubarkan diri. Melalui rapat pengurusnya di Jakarta hari Kamis 28 Mei 1998, Arseto
yang merupakan salah satu klub perintis liga sepak bola profesional Galatama yang bermarkas di Solo, resmi dinyatakan bubar.

Wilayah Barat
1.Persebaya 14 8 4 2 17- 8 28
2.Persija 15 8 3 4 26-15 27
3.Persiraja 15 7 5 3 21-17 26
4.Persita 15 7 3 5 22-15 24
-------------------------------------------
5.PSBL 15 5 6 4 21-23 21
6.Arema 14 4 6 4 9- 9 18
7.Persikabo 15 5 2 8 17-21 17
8.Persikab 15 5 2 8 12-19 17
9.Semen Padang 15 4 3 8 11-18 15
10.Medan Jaya 15 3 2 10 13-24 11
Topscorer : Widodo C. Putra 10 gol

Wilayah Tengah
1.PSMS 16 9 4 3 28-15 31
2.Pelita Jakarta 14 8 3 3 36-12 27
3.Persikota 15 8 3 4 22-17 27
4.Barito Putra 17 6 6 5 17-16 24
------------------------------------------
5.Persib 15 6 4 5 14- 8 22
6.PSIS 16 4 8 4 17-24 20
7.PSB 15 5 4 6 12-15 19
8.PSDS 15 6 0 9 14-25 18
9.PSP 16 3 7 6 14-22 16
10.PSIM 15 3 5 7 10-24 14
11.Arseto 14 3 2 9 10-16 11
Topscorer : Kurniawan DY 20 goals 



Wilayah Timur
1.PSM 15 9 3 3 33- 8 30
2.Persma 15 6 6 3 17-10 24
3.Gelora Dewata 15 6 5 4 16-16 23
4.Putra Samarinda 15 6 4 5 11-15 22
------------------------------------------
5.Persema 15 6 4 5 14-20 22
6.Mitra Surabaya 15 5 4 6 17-15 19
7.Persipura 16 4 6 6 24-23 18
8.Pupuk Kaltim 15 5 3 7 17-23 18
9.Petrokimia Putra 14 4 4 6 9-18 16
10.Persiba 15 3 3 9 12-22 12
Topscorer : Izack Fatary 9 goals

Sumber : https://www.facebook.com/pages/Cocomeo-News/147995238566016


Tidak ada komentar:

Posting Komentar