Minggu, 01 Desember 2013

Liga Djarum Indonesia 2007 MENYONGSONG SUPER LIGA 2008 Pertama Kalinya Pemain Terbaik Milik Pemain Asing


PERTARUNGAN 36 tim Liga Djarum Indonesia 2007, tidak saja pertarungan para tim elit. Namun, juga pertarungan para gladiator pemain Indonesia dan legiun asing. Jika para pemain asing mencoba mengadu nasib agar musim 2008 menjadi anggota tim Super Liga, untuk pemain Indonesia, berlomba-lomba tampil ngotot di setiap pertandingan, agar terpilih menjadi 24 pemain tim nasional Indonesia asuhan Ivan Kolev, yang disiapkan ke AFC Asian Cup, 7 – 29 Juli 2007.

Dari sisi penyelenggara, juga ada ancang-ancang yang harus disiapkan oleh 36 tim, agar masuk dalam pilihan kriteria PSSI, untuk syarat mutlak menjadi anggota Super Liga. Adalah wajib masuk kelompok sembilan (9) urutan teratas setiap wilayah, ternyata juga belum dinyatakan terpilih, jika masalah finasial dan infrastruktur, serta konsep supporting –atau pembinaan usia dini, tidak dimiliki oleh tim yang yang masuk urutan sembilan teratas musim 2007 ini.

Terlalu banyak faktor, yang membuat setiap tim, tidak saja mempersiapkan masalah teknis membangun tim. Mamun masalah non-teknis terutama finansial dan infrastruktur stadion pun menjadi salah satu kunci, terpilihnya anggota Super Liga, dalam lima tahun ke depan (seperti janji AFC dalam mensosialisasikan 5 aspek sebuah tim dinilai profesional).

Misalnya, bisa jadi, Persis Solo yang kini masuk dalam kompetisi Liga Indonesia 2007, tetap akan terpilih masuk Super Liga, walaupun gagal masuk kelompok sembilan teratas. Mengapa? Karena, Persis Solo memiliki infrastruktur stadion yang memadai sebagai stadion internasional. Sebaliknya, bisa jadi Persibom Bolman Mongondow, tak bisa terpilih masuk Super Liga, walaupun menjadi juara. Pasalnya, stadionnya sebetulnya sangat rentan runtuh, mengingat dibangun dari bahan kayu-kayu.

Masih, menyangkut masalah pembinaan yang menjadi aspek pra-syarat anggota Super Liga. Mungkin PKT Bontang dan Semen Padang akan mendapat pilihan pertama, mengingat kedua mantan Galatama ini, masih konsisten membina Diklat PSSI Bontang dan Diklat PSSI Padang. Lalu, bagaimana jika Persija Jakarta, yang merasa selalu menjadi kiblat glamournya sepak bola Indonesia, juga menjadi juara? Tapi, ternyata tak punya basis pembinaan kelompok umur yang dibangun tim metropolis ini?

Masalah investasi dan model kerja, juga salah satu syarat. Wajib, memiliki simpanan dana di bank dalam memutur pembinaan dan pengelola tim, Juga akan menjadi kendala. Karena, praktis, dari 36 tim, hanya dua yang dimodali individu/perusahaan swasta, yaitu Arema Malang dan Pelita Jaya Purwakarta. Selebihnya adalah dana APBP ataupun dana BUMN (PKT Bontang dan Semen Padang) yang juga juga milik rakyat.

Lantas, apa solusinya, agar semua tim yang ikut Super Liga memiliki dana yang lumayan besar untuk ikut terlibat selama minimal tiga musim? Banyak sekali sebetulnya kiat-kiat, asal struktur organisasinya benar-benar menjadi sebuah lembaga bisnis. Jangan, seperti saat ini, semua anggota perserikatan hanya berbasis lembaga non-komersial, dan mengandalkan APBD.

Pihak pemerintah, juga jangan asal memberi ultimatum, kalau dana APBD hanya sampai musim 2007. Sedangkan musim 2008 cari sendiri. Cara-cara arogan ini, juga sulit dipahami. Mengapa? Karena, setiap tim tidak diajak dialog para pengelola tim yang biasanya adalah sosok-sosok pejabat bupati, walikota ataupun gubernur? Mendingan, diberi waktu tiga musim ke depan, tetap menggunakan dana APBD yang diawasi oleh LSM, pemerintah dan para suporter timnya. Setelah 3 musim disusui pemerintah, maka wajib cari dana sendiri? Ini hanya gagasan CN saat itu (2007).

PSSI dan BLI yang memiliki regulasi dan otoritas memutar roda kompetisi, juga saatnya berpikir kreatif. Jangan hanya mentang-mentang punya event, punya regulasi dan punya hak mutlak mengatur pemain, wasit dan panpel, harus seenaknya membunuh tim, atau menghukum tim tanpa berpikir jernih.

Sebetulnya, momentum membangun sepak bola yang menjurus ke industri, sudah dilakukan oleh PSSI dan BLI, lewat aturan-aturan baku. Tinggal bagaimana setiap tim berkreasi membangun tim, sekaligus menggalang dana juga lewat cara-cara kreatif, agar timnya mampu menghidupi diri sendiri.

Ambil contoh proses menggalang dana dilakukan lewat kerjasama. Arema Malang dan Persija Jakarta, sebetulnya bisa presentasi kepada perusahaan sebesar Aqua Danone. Persija yang sudah punya suporter fanatiknya, bisa mencetak minuman yang diberi merek ‘Aqua The Jak’s’. Didesain dengan warna-warna oranye khas warna Persija, maka jadilah minuman segar atau minuman murah.

Jika dari sisi bisnisnya bisa dilakukan kerjasama, diprediksi Persija akan mendapat royalti Rp 200 x 10 juta botol per bulan yang dipasarkan se Jakarta. Totalnya, bisa mencapai Rp 1 miliar. Sistem bungkusan tak jauh berbeda seperti botol aqua yang kini beredar di mana-mana dan dibutuhkan oleh banyak orang. Dari sistem penjualan minuman saja, Persija, per satu musim sudah bisa mencapai Rp 12 miliar. Ini baru minuman, belum produk-produk merchandising lainnya.

Arema FC Malang yang sudah memiliki 35 ribu suporter setianya (selalu nonton ke stadion), sangat besar memiliki peluang untuk bisa menuai prouk-produk merchandising-nya, dengan merek ‘Ongis Nade’-nya. Dari minuman, dan juga makanan ringan ber-merk ‘Ongis Nade’ memungkinkan manajemen Arema FC mengeruk keuntungan yang luar biasa (ini gagasan CN saat itu).

Ada sistem pembinaan yang juga tidak kalah menariknya dalam investasi membangun pemain-pemain muda. Ronny Patinasarany, yang memiliki sekolah sepak bola ASIOP, sembilan tahun lalu, kini bisa memetik hasilnya. Dua musim lalu, ada delapan pemain yang dibeli oleh anggota Liga Indonesia, termasuk Atep (Persija Jakarta), Bobby Satria (Persita Tangerang) dan Airlangga Sucipto (Deltras Sidoarjo) dengan harga rata-rata Rp 80 juta.

Bayangkan, jika pembinaan ini dibangun sendiri oleh masing-masing tim Liga Indonesia. Otomatis akan efisien dalam membeli pemain dan juga merasa bangga bisa mencetak pemain dengan nilai transfer tinggi. Adalah PSSI Jawa Tengah, dalam 15 tahun terakhir ini, mampu membangun kantong-kantong sekolah sepak bola, dan melejit di event-event junior nasional. Agung Setyabudi, Eko Purjianto, Kurniawan Dwi Julianto, Bambang Pamungkas adalah produk-produk pembinaan PSSI Jawa Tengah (Diklat Salatiga) dan SSB yang melejit di kejuaraan Haornas (U-16) dan Suratin (U-19).

Masih belum ada yang terlambat dalam membangun sepak bola. Karena, selama masih ada turnamen sepak bola, dan masih ada kejuaraan sepak bola, tak akan pernah bangkrut. Oleh sebab itu, alangkah baiknya, pemerintah daerah juga memiliki program membangun infrastruktur. Kalau Persija Jakarta yang sudah mengeluarkan dana kira-kira Rp 15 miliar setiap musimnya, maka sejak bergulir musim perdana 1994-95, atau kalikan 12, maka total sudah mencapai Rp 150 miliar. Kalau dana tersebut digunakan membangun stadion, maka sudah bisa memiliki hasilnya musim ini.

Artinya, pemda setempat sudah sepantasnya juga ikut membangun fasilitas-fasilitas umum, yang bisa dikontrak oleh klub-klub setempat. Ini, juga merupakan pemasukan pemda, asalkan karyawan pemda jangan mengurusi stadion. Karena kalau ikut campur akan berantakan. Karena karyawan pemda yang kini banyak berkeliaran sebagai pengurus klub, sepantasnya mundur, karena dasar pengalamannya tak mumpuni. Beri kesempatan pengelola klub dan stadion kepada pihak swasta, pemda tinggal memungut pajaknya.

Dalam membangun sepak bola, tak ada istilah ‘karbit’ atau instans, karena semua membutuhkan pembinaan dengan waktu yang panjang. Ronny Pattinasarany butuh delapan tahun membina sekolah. Arema FC Malang butuh 12 tahun menghasilkan prestasi. Dan, kini tim-tim juara hasilnya bergelimpangan dana dari sponsor.

Lihat saja Persik Kediri dan Arema Malang setelah juara, sudah tertutup biaya produksi satu musim 2007 ini. Jadi, tak ada yang terlambat, asal membangun dari awal pembinaan dan bisnisnya dari yang benar dalam garis-garis standart sepak bola. Mudah, kan!

ANTV KONTRAK 10 TAHUN
Saat standart AFC memberi ultimatum, agar semua anggota AFC wajib berbenah memangun bisnis sepak bola, untuk menyongsong industry sepak bola Asia untuk sejajar dengan Eropa, sudah dimulai dengan cara-cara bidding, khususnya untuk pemegang hak siar kompetisi kasta tertinggi untuk menyonsong Indonesia Super League (ISL) musim berikutnya.

BLI membuat sebuah lompatan besar, beberapa minggu terakhir ini BLI membentuk panitia tender bidding ke TV swasta di Indonesia untuk memegang hak siar Liga Indonesia selama 10 tahun ke depan. Penawaran ini dilakukan secara terbuka dan seolah-olah transparan tersebut, diikuti oleh 4 (empat) stasiun televisi swasta terbesar di Indonesia (katanya RCTI, SCTV, TV7 dan ANTV). Dan, akhirnya BLI telah mengumumkan pemenang bidding tersebut pada hari Selasa, 23 Januari 2007 di kantor BLI. ANTEVE memenangkan tender tersebut dengan nilai 100 Milyar Rupiah untuk hak siar selama 10 tahun Liga Indonesia terhitung sejak tahun 2007

Parameter pemenang ditentukan oleh besarnya nilai yang ditawarkan selama 10 tahun tersebut dan juga program-program yang menunjang image building kompetisi Liga Indonesia sehingga membantu dalam mewujudkan industri sepakbola tanah air, demikian diungkapkan Ketua BLI, Nirwan D. Bakrie.

Menurut analisis CM kala itu, karena sepak bola nasional dikuasai oleh regim Nurdin Halid, di mana Nurdin Halid secara diam-diam adalah bonekanya Nirwan Bakrie. Maka, sepertinya ada hokum yang tidak tertulis, bahwa apapun hasilnya, hak siar Liga Indonesia harus menjadi milik perusahaan dibawah naungan big-boss-nya, yaitu Nirwan Bakrie. Jadi, dari semua televise sudah kasak-kusuk bahwa pemangnya pasti adalah ANTV, walaupun sebetulnya tivi lainnya berani lebih tinggi nilainya dibandingkan ANTV. Itulah system bisnis ‘mafioso’.

FINAL TANPA PENONTON
Minggu-minggu ini warga RI dikejutkan dengan tiga berita yang membuat kita sungguh sangat prihatin mendengar dan melihatnya. Rusuh lagi, rusuh lagi, rusuh lagi. Tragedi ini sepertinya tak akan pernah berhenti. Padahal, sejak jaman dulu warga republik ini terkesan sangat ramah tamah, selalu gotong royong dan dinilai punya rasa toleransi yang tinggi.

Namun, kini semua julukan yang positif itu seolah-olah hilang ditelan jaman edan. Lihat saja minggu ini (awal Februari 2007). Pertama, kasus kerusuhan sepak bola yang terjadi pertandingan semifinal Liga Indonesia Tahun 2007 di Senayan Jakarta dan menelan satu korban nyawa. Kedua, kasus kerusuhan konser musik yang terjadi di Bandung, dengan menelan korban nyawa yang lebih banyak lagi, konon ada 11 orang yang harus mati sia-sia. Ketiga, kerusuhan yang lebih konyol lagi yaitu bentrokan senjata antara polisi dan tentara di Maluku yang memakan korban nyawa di kedua belah pihak.

Kerusuhan bagai tak henti-hentinya mewarnai sepakbola Indonesia. Kali ini terjadi pada semifinal Liga Djarum Indonesia 2007 yang digelar di Stadion Utama Bung Karno, Senayan, Jakarta, Rabu (6/2) malam. Kerusuhan berawal saat pendukung Persipura yang timnya kalah dari PSMS keluar stadion berpapasan dengan suporter Persija Jakarta. Kedua kelompok suporter ini kemudian saling ejek sehingga saling lempar batu pun tidak terelakkan. Apalagi, tidak semua The Jak Mania (julukan pendukung Persija) bisa masuk stadion sehingga situasi makin memanas.

Saat baku lempar batu berlangsung, seorang pendukung Persija tergeletak dengan kepala luka akibat terkena pukulan benda keras. Korban yang belum diketahui identitasnya meninggal saat dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Angkatan Laut dokter Mintohardjo, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat. Ini adalah korban meninggal pertama dalam kerusuhan sepakbola Indonesia, terutama yang digelar di Jakarta.

Sebenarnya, aroma kerusuhan sudah terasa usai Persipura dikalahkan PSMS yang berkesudahan dengan skor 4-5 lewat drama adu tendangan penalti. Entah siapa yang memulai, pendukung Persipura yang sudah keluar stadion dilempari penonton yang berada dalam stadion. Polisi yang tidak mau mengambil resiko langsung menembakkan gas air mata sehingga sebagian massa berlarian.

Keributan meluas hingga keluar areal stadion. Bahkan bus yang digunakan pendukung Persija ikut rusak terkena lemparan batu. Tak hanya itu, beberapa orang yang ada di dalam bus pun luka. Hasil pertandingaan berakhir bagi kemenangan Sriwijaya FC Palembang 1-0 atas Persija Jakarta. Di final yang seharusnya akan digelar Sabtu mendatang, Sriwijaya FC akan menghadapi PSMS, namun akhirnya PSSI memindahkan partai final di Stadion Si Jalak Harupat, itupun tanpa penonton. Tragis…..memang !
Akhirnya, BLI setelah mendapat persetujuan dari kedua kubu yang akan bertarung, memutuskan bertandingan final tersebut berlangsung hari Minggu, pukul 19.30. Sedangkan semua biaya transportasi dan akomodasi ditanggung Badan Liga Indonesia.

Ada satu yang baru dalam kancah sepak bola nasional, bahwa sejak Liga Indonesia 1994 digelar, nama-nama pemain pilihan PSSI untuk memilih pemain terbaik selalu jatuh kepada pemain local. Maka, untuk musim 2007 ini, pemain terbaik jatuh kepada pemain asing, yaitu gelandang elegan asal Sriwijaya FC, Zah Rahan Krangan. Pemain asal Liberia ini, memang sangat brilian dan sangat bertalenta, sehingga mampu mengukir prestasi, bersama klub asal Palembang, untuk merebut double trophy, untuk merebut juara Liga Djarum Indonesia 2007, sekaligus juara Copa DjiSamSoe (Piala Indonesia).

KLASEMEN
Wilayah Barat
1.Sriwijaya FC Palembang 34 20 6 8 59-31 66 Qualified
2.Persija Jakarta 34 18 7 9 55-40 61 Qualified
3.PSMS Medan 34 17 7 10 44-28 58 Qualified
4.Persik Kediri 34 17 5 12 61-51 56 Qualified
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
5.Persib Bandung 34 15 9 10 45-29 54 Liga Super 2008
6.Persela Lamongan 34 15 9 10 41-34 54 Liga Super 2008
7.Persitara Jakarta Utara 34 15 8 11 39-33 53 Liga Super 2008
8.Pelita Jaya Purwakarta 34 15 7 12 43-30 52 Liga Super 2008
9.Persita Tangerang 34 13 11 10 33-36 50 Liga Super 2008
----------------------------------------------------------
10.PSIS Semarang 34 13 10 11 44-34 49 Liga Super 2008
11.Persikabo Bogor 34 12 12 10 46-38 48 Divisi Utama 2008
12.PSS Sleman 34 12 10 12 42-43 46 Divisi Utama 2008
13.Persema Malang 34 12 9 13 35-46 45 Divisi Utama 2008
14.PSDS Lubuk Pakam 34 12 8 14 39-40 44 Divisi Utama 2008
15.Persikota Tangerang 34 6 12 16 26-41 30 Divisi Utama 2008
16.Semen Padang 34 7 6 21 21-44 27 Divisi Utama 2008
17.Persiraja Banda Aceh 34 6 8 20 18-59 26 Divisi Utama 2008
18.PSSB Bireuen 34 6 6 22 26-60 24 Divisi Utama 2008

Wilayah Timur
1.Persipura Jayapura 34 19 7 8 54-24 64 Qualified
2.Persiwa Wamena 34 18 5 11 56-30 59 Qualified
3.Deltas Sidoarjo 34 17 8 9 47-30 59 Qualified
4.Arema Malang 34 15 12 7 45-28 57 Qualified
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
5.PSM Makassar 34 17 6 11 43-33 57 Liga Super 2008
6.Persiter Ternate 34 17 6 11 33-28 57
7.Persiba Balikpapan 34 16 7 11 48-35 55 Liga Super 2008
8.Persmin Minahasa 34 14 11 9 43-34 53
9.Persijap Jepara 34 15 7 12 38-36 52 Liga Super 2008
----------------------------------------------------------
10.Persibom Bolman 34 13 7 14 41-47 46 Divisi Utama 2008
11.Persis Solo 34 12 7 15 43-43 43 Divisi Utama 2008
12.Persma Manado 34 10 11 13 32-50 41 Divisi Utama 2008
13.PKT(Bontang 34 10 9 15 33-42 39 Liga Super 2008
14.Persebaya Surabaya 34 11 6 17 36-50 39 Divisi Utama 2008
15.PSIM Yogyakarta 34 8 8 18 30-45 32 Divisi Utama 2008
16.Persekabpas Pasuruan 34 8 8 18 34-52 32 Divisi Utama 2008
17.Perseman Manokwari 34 8 8 18 28-55 32 Divisi Utama 2008
18.Persegi Gianyar 34 6 11 17 24-46 29 [*] Divisi Utama 2008

PUTARAN 8 BESAR
Wilayah I, Stadion Brawijaya, Kediri
Sriwijaya FC Palembang 3 1 2 0 4- 2 5 Qualified
PSMS Medan 3 1 1 1 4- 4 4 Qualified
Arema Malang 3 1 1 1 3- 4 4
Persiwa Wamena 3 0 2 1 3- 4 2

Wilayah II Stadion Manahan, Solo
Persipura Jayapura 3 2 1 0 8- 1 7 Qualified
Persija Jakarta 3 1 2 0 3- 2 5 Qualified
Persik Kediri 3 1 1 1 4- 6 4
Deltas Sidoarjo 3 0 0 3 0- 6 0

SEMIFINAL
Stadion Gelora Bung Karno Jakarta
Rabu 6 Februari 2008
Persipura Jayapura vs PSMS 0 – 0 (adu penalty 4 – 5)
Sriwijaya FC Palembang vs Persija Jakarta 1 – 0
Keith Kayamba Gumbs (19)

FINAL
Stadion Jalak Harupat, Soreang
Minggu, 10 Februari 2008
Sriwijaya FC Palembang vs PSMS 3 – 1
Anoure Obiora Richard (15), Keith Kayamba Gumbs (107), Zah Rahan (114), James Koko Lomel (69)
Wasit Purwanto (Kediri)
Kartu Kuning : Carlos Reanto Elias (12), Slamet Riyadi (60), Murphy Kumonple (19 and 45), Gustano Chena (63). Kartu Merah Murphy Kumonple

PSMS Medan
20-Markus Horison, 50-Murphy Kumonple, 18-Usep Munandar, 29-Rommy Dias Putra (33-Andreas Formento 31), 22-Supardi Nasir, 28-Masperi Kasim, 12-Mbom Mbom Julien, 24-Legimin Raharjo (kapten), 77-Gustavo Chena; 26-Saktiawan Sinaga, 10-James Koko Lomel
Pelatih Freddy Mulli

SRIWIJAYA FC Palembang
12-Ferry Rotinsulu, 4-Charis Yulianto, 31-Renato Elias (kapten), 22-Slamet Riyadi, 25-Isnan Ali, 6-Toni Sucipto, 10-Zah Rahan, 29-Wijay, 16-Benben Berlian; 9-Anoure Obiora Richard,
17-Keith Kayamba Gumbs
Pelatih Rahmad Darmawan;

TOPSKOR
32 Cristian Gonzalez (11 pen) (Uruguay Persik Kediri)
20 Alberto "Beto" Goncalves da Costa (Brasil, Persipura Jayapura)
Julio Lopez (3 pen) (Cile, PSIS Semarang)
19 Sunday Seah (Liberia, Persiwa Wamena)
18 James Koko Lomell (Liberia, PSMS Medan)
17 Aliyudin (Persija Jakarta)
Bambang Pamungkas (Persija Jakarta)

PEMAIN TERBAIK
Zah Rahan (Liberia, Sriwjaya FC Palembang)


Disadur Dari :  https://www.facebook.com/pages/Cocomeo-News/147995238566016 ( Thanks om Toro)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar