Dari penelusuran sejarah yang dilakukan merdeka.com, hampir semua pendapat menyatakan hal tentang 'wingitnya' Kota Kediri dibandingkan kota lain di Indonesia bagi penguasa nusantara.
Salah satunya adalah akibat kutukan Kartikea Singha suami Ratu Shima yang juga penguasa Kerajaan Kalingga (pra Mataram Hindu abad ke-6) di Keling Kepung Kabupaten Kediri.
"Kutukannya cukup jelas, siapa kepala negara yang tidak suci benar masuk wilayah Kota Kediri maka dia akan jatuh," jelas Kiai Ngabehi Agus Sunyoto, budayawan penulis Atlas Walisongo saat berbincang dengan merdeka.com, Sabtu (17/5).
Dijelaskan pria yang akrab disapa Mas Agus itu, pada masa pemerintahan Kartikea Singha, sebagai kepala negara dia menyusun kitab tentang hukum pidana pertama di nusantara yang diberi nama Kalingga Darmasastra yang terdiri dari 119 pasal.
"Ini sangat tergantung kepada keyakinan sebenarnya untuk masuk wilayah Daha (Kota Kediri), namun sebagian besar tidak berani masuk wilayah Kota Kediri," tambahnya.
Ditanya lokasi Kerajaan Kalingga yang sebenarnya, sebab ada yang menyebut Kalingga berada di wilayah Jepara Jawa Tengah, Agus menjelaskan bahwa Ratu Shima memang berasal dari Jepara atau yang dikenal dengan nama Kalingga Utara. Sedangkan suaminya Kartikea Singha berasal dari Keling Kepung Kediri atau yang dikenal dengan Kalingga Selatan.
Dalam sejarah nusantara di daerah Keling Kepung ini pernah kembali berjaya pada periode akhir Majapahit, tatkala kerajaan itu mengalami disintegrasi, rupanya penguasa Kediri bangkit kembali dan pada tahun 1474 berhasil menumbangkan hegemoni majapahit.
Jawa dalam keadaan pecah belah itu kekuasaannya sampai tahun 1527, bergeser kembali ke Kediri (Daha) dengan pusat kekuasaan di Keling (Kepung-Kediri) di bawah Dinasti Girindrawardhana. Dalam Prasasti Jiu disebutkan bahwa pada tahun 1486 M, nama kerajaannya: Wilwatikta Daha Jenggala Kadiri.
Dan kerajaan ini pun berakhir akibat perluasan Islam, oleh intervensi Giri yang menganggap dinasti yang berkuasa bukanlah kelanjutan dinasti yang memerintah majapahit terdahulu.
Catatan merdeka.com, disaat Indonesia merdeka dari penjajahan pada tahun 1945 selain Soekarno dan Gus Dur yang berani masuk wilayah Kota Kediri, lainnya rata-rata hanya diwakilkan kepada wakil presidennya.
Informasi intelejen TNI maupun Polri juga memberikan keterangan yang sama kepada merdeka.com yakni rata-rata Presiden RI tidak berani masuk wilayah Kota Kediri.
"Kalaupun berani mereka masuk wilayah pinggiran Kediri tetapi tidak berani masuk jantung pemerintahan. Rata-rata selalu was-was mereka," kata sumber merdeka.com dari intel TNI dan Polri.
Ki Tuwu salah seorang pengamat sejarah Kota Kediri yang sekaligus seorang paranormal, menyatakan bahwa Kediri ini adalah kota wingit dan semua pihak mengakuinya.
"Sabdo nya Kartikea Singha itu masih berlaku di Kediri. Begitu pun jika ada pejabat di Kota Kediri yang berani membawa harta dari Kota Kediri dengan cara yang tidak halal maka dia akan keluar dari Kota Kediri dengan tidak punya apa-apa," ungkapnya.
Capres datangi Kediri, gagal menang atau semakin kuat
Kutukan Kepala Kerajaan Kalingga Kartikea Singha jika diterjemahkan juga berlaku untuk calon presiden. Jadi siapa yang tidak bersih/suci dan berani masuk wilayah Kota Kediri sangat tergantug kepada keyakinan kuatnya. Apakah akan gagal atau justru semakin kuat.Pendapat itu disampaikan Kiai Ngabehi Agus Sunyoto budayawan yang juga Wakil Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) kepada merdeka.com, Sabtu (17/5).
Mas Agus mencontohkan, dalam sistem kerajaan jaman dahulu seorang raja adalah kepala negara, sedangkan patih adalah kepala pemerintahan.
"Gajah Mada adalah kepala pemerintahan, dia pernah menjadi Bhre Daha penguasa Kediri. Karena niatnya suci maka dia semakin kuat dan mampu membawa kejayaan nusantara meski ia dari Kerajaan Majapahit," kata Agus.
Ketika Gajah Mada menjadi Bhre Dhaha di Kediri (Daha/Dahanapura ibukota Kediri yang artinya Kota Api- sekarang Jalan Dhoho jantung Ibukota Kota Kediri), menurut Agus, Gajah Mada juga ikut menyempurnakan Kalingga Darmasastra Karya Kartikea Singha Kepala Negara Kerajaan Kalingga di abad ke-6, setelah sebelumnya disempurnakan oleh di masa Wisnuwardhana di zaman Singasari dengan Kitab Undang-Undang yang diberi nama Purwadigama Darmasastra yang terdiri dari 174 pasal.
"Gajah Mada orang suci, selain gagah pemberani sebagai Maha Patih Majapahit dia juga meneruskan menyempurnakan kitab undang-undang untuk Majapahit yang ia susun di masa berkuasa menjadi raja perwakilan di Kediri dengan gelar Bhre Daha. Kitab itu bernama Kutara Manawa Darmasastra yang terdiri dari 272 pasal. Kitab ini pulalah yang membawa kejayaan Kerajaan Majapahit, karena aturannya sangat ketat," ungkap Agus.
Membenarkan apa yang disampaikan Kiai Ngabehi Agus Sunyoto, Ki Tuwu pengamat sejarah Kediri menyatakan menunggu siapa capres pada pilpres 2014 yang berani kampanye dan silaturrohim ke Kota Kediri.
"Jika niatnya suci dan tulus tidak ada kepentingan Amerika maka dia akan selamat dan bisa menjadi capres. Tapi kalau tidak yang pasti akan gagal. Sebab saya meyakini bahwa pemerintahan yang akan menang dalam Pilpres 2014 belum bisa membawa Indonesia lebih baik hingga 2025 sesuai ramalan Ki Ronggowarsito," pungkasnya.
Sumber
Matur Nuwun bagi-bagi cerita sejarahnya. Salam kenal cahaya dari carailmu.com
BalasHapus